Wednesday, February 24, 2016

Untuk Kamu yang Telah Aku Kagumi Sejak Lama, Terimakasih Menyadari Keberadaanku


Dulu aku selalu bertanya-tanya
Mengapa Qays bisa gila ketika Laila meninggalkannya,
Juliet dan Romeo, berdua menghabisi nyawa karena tak bisa bersatu
Zainuddin yang akhirnya meninggal setelah kekasih hatinya, Hayati pergi terlebih dahulu

Apakah cinta begitu membius, sehingga membuat anak manusia tak bisa lagi berpikir dengan logika?

--
Sebenarnya, aku bukan orang yang suka dengan hal-hal melankolis apalagi drama. Alay. Gak elegan. Lemah. Terlalu manja. Childish. Kayak gak ada kerjaan selain galau. Dan memang, sampai sebelum dia masuk ke kehidupanku, aku tergolong acuh dengan sesuatu yang berbau asmara.

Mungkin, karena aku selalu menjalin hubungan dengan orang yang naksir duluan, jadi rasanya yah, biasa aja. Sayang sih sayang, tapi ya gitu. Tidak se-greget sekarang. Hahaa..

Karena aku pernah naksir orang, oke, yang betul-betul suka, gak cuman cinta-cintaan atau hanya naksir sekelebat, cuman 2 kali seumur hidupku. Pertama, dengan senior kuliah. Kedua, ya dengan dia ini.

Aku mengagumi dia dari 2012, sejak semester 4 atau 5 mungkin, ketika idealisme mahasiswa masih tinggi, masih memuncak. Tersesatlah aku di blognya, langsung kagum pada pandangan mata pertama. "Wah, ini orangnya berkarakter, ya." Semangat dia, cara dia menulis postingan di blog hypnotized me quickly. Semua postingan dia langsung kubaca, langsung kelar. And then, I found a fact. Oh, dia udah punya cewek. Ya sudahlah, gak papa. Kan gak ada salahnya nge-fans.

Emang cewek kalo udah penasaran, lebih dahsyat dari penyidik KPK, ya. Aku langsung ketemu akun FB-nya dia, voila, dia accept beberapa bulan kemudian.

--
Dan hidup kami, masing-masing, berjalan normal. Selama menjadi teman virtual, walaupun sekampus, sekalipun, walau sedetik, kami tidak pernah ketemu. Luar biasa. Dan kalau ku-recall, kok bisa sampai sekarang, aku admire dia segitunya, padahal ketemu langsung aja gak pernah?

Hingga kemudian, ada suatu kejadian yang bikin dia invite BBM-ku. Yah, bisa ditebak sih. Kejadian itu pasti ada hubungannya dengan beasiswa. Hahaa.. sebenarnya apa lagi yang kami obrolin, kalo gak info-info seputar beasiswa?

Dan seandainya dia tahu, I smile so widely ketika ada notif, nama dia muncul, komen statusku di FB sejak dulu, bahkan sampai sekarang, aku masih aja suka cengengesan gak jelas. Ketika ada nama BBM dia muncul, walau cuman 4 huruf, aku senyam-senyum lagi sendirian. Dipikir-pikir, baru dia yang bisa bikin aku ke-GR-an setengah hidup,

Well, hingga kemudian ada kejadian konyol yang bikin aku baper gilak!! Gak konsen kursus, kerjaan stalking tiap malem, nge-galau tiap hari, sampai temen sekost komen, "Ah, masa Isna gini, sih. Cuman gara-gara cowok aja, lemah banget." Aku juga gak paham sebenarnya kemarin itu. Ternyata, dikasih harapan palsu emang segitunya, ya. Hahaa.. Sakit, tapi gak ada yang berdarah. (siahh, drama lagi)

Dan kemudian, ada temennya temenku yang datang. Bang Muluk dari Medan. Omaigat, aku berterimakasih sekali dengan dia, yang bertindak layaknya utusan Tuhan untuk menyelesaikan urusanku ini. Baru sekali ini, aku ketemu cowok ember (haha, sori bang Muluk), di mana embernya persis kayak ibu-ibu lagi ngerumpi.

Bagaimanapun, aku bersyukur dengan Tuhan yang sudah mengirimkan bang Muluk, sudah menjadi pihak ketiga (dalam konotasi baik) ke dalam kasusku ini. Jadi perantara untuk menyampaikan hal-hal yang lidahku kelu, gak bisa ngomong langsung ke dia.

--
Sekarang, kami terjebak dengan situasi LDR. Hahaa, udah gak pernah ketemu, LDR lagi. Dan dia super sibuk, sibuk yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Dan aku, berusaha memahami kesibukannya dia. Walaupun agak iri juga sih. Iri dengan orang-orang yang selalu berada di dekat dia. Iri dengan mantan-mantannya dia. Iri dengan kenapa dia punya waktu buat komen di instagram orang, komen di FB temennya dia, tapi read BBM aku aj nggak. Hahaha, kenapa aku yang super cuek ini, terjebak dalam semacam situasi melankolis seperti di sinetron?

Ada satu kejadian yang lumayan bikin sakit, sih. Tapi, sekali lagi, aku berusaha memahami. Ketika aku cerita sesuatu, dan dia komen, "Sebenarnya, kamu gak papa. Kamu cuma cari perhatian aja." Nyess.. denger itu, aku langsung speechless. Maaf kalo aku seperti itu di mata kamu, cuman kayak benalu, suka gangguin.

Sejak saat itu, aku BBM duluan jadi sungkan, mau nelpon izin dulu. Bahkan, kalau aku punya problem, mau cerita, aku mikir dulu, aku bakal ganggu dia, nggak. Aku bakal bikin dia ribet, nggak. Dan ujung-ujungnya, aku milih diam. Dulu, aku pernah denger ungkapan,

"Wanita itu memilih diam, dan akhirnya cenderung mengalah dan memendam rasa. Karena terkadang lebih sakit jika kita berbicara tapi tak didengarkan."

Kata temenku ketika aku curhat, "Sedikit riak juga perlu, Na, untuk mempertahankan eksistensi." Bener, sih. Kalau aku ngambek sampai 3 hari (kan batesnya segitu, tuh), dia bakal nyariin, nggak. Atau justru cuek, acuh, gak peduli? 

Tapi, jujur, aku masih gak berani. Satu alasan, aku tau diri aja sebagai wanita. Aku yang naksir duluan, dan aku ngerti posisiku. Untuk dekat dengan dia aja, udah syukur. Hahahaa.. aku masih gak punya nyali untuk meminta lebih.

Temenku komen lagi, "Kamu terlalu rendah diri, Na." Iya sih, mungkin. Karena dia -di mataku- terlalu sempurna buat aku. (haishh, sumpah, aku baper lagi pas nulis nih postingan)

--
Aku berharap, dia adalah jawaban dari doa yang selama ini selalu kucakapkan dengan Tuhan.
Dan ini serius, namanya kusebut jelas-jelas dalam doa, takut Tuhan salah alamat walaupun itu gak mungkin. Hahaa.. Merayu Tuhan lebih tepatnya. "Ya Allah, pliss dia ya Allah."

Aku selalu berdoa, yang terbaik buat dia. Terdengar klise, ya. Tapi, apalagi sih yang lebih romantis, jika pasangan tak saling bertemu pandang, tapi bertemu dalam doa, dan mendoakan yang terbaik buat kekasihnya?
 --

Kalo ada yang nanya, alay banget, sih, Na, nyampe tulis di blog? Hmmm... mungkin karena aku gak punya cukup keberanian untuk ngomong langsung, jadi kutulis aja. Siapa tau, dia bakal baca. Suatu hari nanti. Entah kapan. Walaupun aku yakin, dia gak pernah stalking nama aku di search engine Google -hal yang sebenarnya jadi hobi aku. :)

 "Ya Allah, jika aku jatuh cinta, cintakanlah aku terhadap seseorang yang membuatku semakin cinta dan dekat dengan-Mu."

(Dari aku, yang sebenarnya tidak pernah peduli dengan hal ginian, tapi untukmu, aku bersikap berbeda)

Blitar, 24 Februari 2016. 09.55 PM
Read More..

Sunday, October 27, 2013

Tuhan, Izinkan Aku ke Paris

 
Salut a tous! Comment ca va?
 
Pertama-tama, izinkan Galuh mengucapkan Selamat Hari Blogger Nasional ^^
 
Walaupun Galuh bukan blogger yg aktif2 amat,
tapi yah, setidaknya pengen nulis something juga hari ini.
  
Dari tadi, Galuh berpikir keras #ceileh mau nulis apa.
Otak rada mampet, maklum, saking panasnya Surabaya.
 
Bayangin, sampai 34 C! Aje gile! Nih Surabaya apa Arab?
Sampai keriput, kering kerontang mengelupas, gara2 gerah #lebay  
 
Setelah semedi di kamar mandi, akhirnya dapat juga ide nulis.
Selamat menikmati, ya! #kissbye 

Okeh, di sini siapa yang ga tau Paris? Ish ish ish, parah sekali kalo sampai ga tahu kota ini. --" Kudet bener dah kalo kata Raditya Dika. Menurut sumber-sumber yang terpercaya (bilang saja Google), Paris adalah kota paling ROMANTIS sedunia (sengaja ditulis pakai huruf kapital biar tegas!)

Oh my~~ kenapa bisa dibilang paling romantis? Tau kan, Menara Eiffel, yg bentuknya artistik macam gelas berleher panjang terbalik? Gimana ga romantis kalo dilamar di bawah Eiffel, yang cowok ngeluarin cincin sambil berlutut, terus bilang, "Will you marry me?", sambil diiringi musik klasik, burung merpati beterbangan, angin berhembus pelan, terus terus.... Wadawwwwwwwww #klepek-klepek #pingsancantik Nah, itulah sedikit alasan mengapa Paris disebut kota paling romantis. Kalo ada yang nanya, gimana kalo ngelamarnya di bawah Monas, kan sama-sama menara? Tetep romantis, kan? --" Oke, abaikan. 
Asolole... Ihikihikihik (http://ecrazyworld.com)





Well, selain Menara Eiffel, Paris juga punya sejuta keindahan lain, yang membuat kota ini must be visited! Dan, aku juga pengennnnnnnnn banged ke Paris, suatu saat nanti. Ke Paris itu jadi semacam tekad sebelum mati kalo buat aku #evil laugh Mengapa aku pengen beudt ke Paris? Ini nih sebagian alasannya:

1) Pengen ngeliat Eiffel
Wohooo.. terserah dah dibilang udik atau pegimane. Cuman, liat Eiffel itu gimana ya? Kayaknya, bakal nangis dah di bawah menara Eiffel kalo sampai jadi ke sana. Amiinnn... 
Jadi, aku pengen banget liat Eiffel pas udah mau sunset2 gitu. Yahabay, romantis abiss #korbansinetron Padahal katanya di bawah Eiffel banyak copet yak? Malah lebih jago dari copet di sini #katanya Whatever, yang penting aku tetap pengen foto dengan background Eiffel, sambil pake jas gaya Korea-korea gitu, sambil pake sepatu boots #bukan_photoshop Ahay, ceritanya lagi winter :D :D #ngikik_sendirian_sambil_bayangin
Jebret (http://www.123rf.com)

2) Berkunjung ke Museum Louvre
Tau Monalisa? Cewek yang 'katanya' punya senyum paling misterius di dunia? Yap, adanya tuh di musem sini. Entah siapa yang dilukis Leonardo da Vinci ini. Ada yang bilang itu sosoknya sendiri tapi versi cewek. Anyway, lupakan siapa Monalisa sebenarnya. Aku cuma pengen masuk ke museum megah ini, terus bilang makasih ke Allah, karena masih ngizinin aku buat ngeliat dengan mata kepala sendiri mahakarya indah kayak di bawah nih:

More than beautifull (http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Louvre)

3) La Sorbonne; Kampus Andrea Hirata 
Ihik, ini kampus impian aku setelah Harvard University :/ Oh my~~ tapi, kayaknya jauh banget ya buat tercapai. Secara, aku nyadar diri sih sama kapabilitas diri sendiri #nangis_di_bawah_shower  Yang pernah baca Laskar Pelangi tetralogi, pasti tau Sorbonne, kampusnya Ikal. Di bukunya yang Edensor, diceritakan kalo Ikal dapat beasiswa S2 di Prancis. And, this is the university! Gara-gara novel ini, makanya, aku sampai punya mimpi harus bisa ke Paris. Well done, kampus ini bener-bener kayak kastil di dongeng-dongeng, lengkap dengan surga ilmu pengetahuan. Parfait! Membayangkan kalo Isna Noor Fitria ntar bakal jadi mahasiswa di sini, like too good to be true. Tapi, seperti kata Andrea Hirata, bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu. Tetep harus optimis!
Like heaven (http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Paris)

4) Menikmati Sunset di Sungai Seine
Bisa tutup mata Anda sebentar, terus bayangin, kalo kamu ada di pinggiran sungai Seine yang jernih banget, sambil nyeruput kopi hangat di tengah udara winter yang dingin, sambil ngeliat pasangan romantis lalu lalang naik perahu? Hmmmm... sedappp. Seine itu bukan sembarang sungai, lho. Sungai ini terletak persis di pinggir Notre Dame de Paris, gereja katredal terbaik milik orang Paris. Menikmati segelas capuccino latte lengkap dengan biskuit Roma #bukan_iklan, sepertinya too sweet untuk hanya sekedar dibayangkan. :)

Someday, I'll be there ( http://id.wikipedia.org/wiki/Notre_Dame_de_Paris)
What I Want 2 See so Much

5) YSL and Louis Vuitton; Cuman Sekadar Lihat 
The last but not least, ini tujuan terakhirku ke Paris. Karena keseringan main Instagram, jadilah aku hafal banget brand kayak ginian. Apalagi kemarin, habis liat Dian Pelangi upload video di insta, yang ceritanya dia jadi undangan di Paris Fashion Week. Omaygat, it's so keureeunn pisan!! Ihik, mumpung bisa ke Paris, aku pengen banget liat toko asli YSL sama Louis Vuitton; 2 brand asli Prancis. YSL atau Yves Saint Laurent, tapi ternyata bacanya iv san lorong. Atau Louis Vuitton yang bacanya lu vutong. Jangan lupa, sengau-sengaunya ala-ala Prancis gitu, ya! #kedip   


 
Jauh-jauh ke Paris, cuman pengen liat 5 tempat, Galuh??
Sayang duitnya, dong!
 
Hei, jangan salah!
Banyak tempat yang pengen Galuh kunjungin, tapi...
 
Galuh cuman tahu itu aja. Hehe..
Kalau mau tau tempat menarik apa aja di Paris,
silakan cari sendiri #nyodorinmodem
 
Beidewei, Galuh kan pengen banget tuh ke Paris.
Sejauh ini, udah ngapain aja biar bisa ke sana?
 
Hohoho.. tenang, tenang.
Galuh sudah persiapan nih #liat_tabungan_uang_receh

Jadi gini, ada asas kausalitas dalam hidup #uhuk #berasapinter  Ada yang namanya akibat, pasti didahului adanya sebab. Contoh, nih aku mau ke Paris. Itu namanya akibat. Terus, sebabnya apaan? #muter-muter nih bahasa #abaikan

Sayang beribu sayang, ke Paris itu ga sedekat Surabaya ke Malang. Atau Surabaya ke Banjarmasin. Diliat dari peta, ternyata Surabaya ke Paris itu jauh banget, bo. Karena jauh itulah, ga mungkin biayanya murah. Seperti kata peribahasa; harga menentukan kualitas atau yang lebih sadis; ada uang ada barang :/

Iseng, kemarin aku sempat browsing tiket ke Paris. Udah yang paling murah tuh, pakai Saudi Arabia Airlines lagi, bukan sekelas Emirates, harganya masih 6 juta. Kalo PP, berarti 12 juta. Belum penginapan dan makan selama di sana. Yah, dihitung-hitung, satu Honda Beat cukuplah #nyesek

Makanya, sekarang aku lagi semangat-semangatnya belajar bahasa Prancis #duilehh Lewat Youtube, lewat Twitter, lewat kamu, anything dah. Mikirnya sederhana aja, kalo kita bisa jalan-jalan ke luar negeri gratis karena kemampuan kita, ngapain mesti bayar? #thinksmart Kalo bisa bahasa Prancis kan, siapa tau ada beasiswa nyasar ke sana, terus kebetulan aku sedang dilingkupi Dewi Kwan Im. Abrakadabra! Nyampe dah ke depan Eiffel.

Pokoknya, aku bertekad harus bisa ke Paris GRATIS. Maksa banget, yah. Haha, biar. Emang gue pikirin, kata anak gahol. Walaupun ga kuliah di Sorbonne, setidaknya ntar aku bisa dapat pelatihan atau short course atau semacam schoolarship singkat. Makanya, nih lidah berasa monyong tiap hari. Tahu kan, bahasa Prancis tuh munafik abis. Moi aja dibaca moa (artinya saya). Mana sengau kayak orang pilek lagi. Hehe...

Mungkin banyak orang berpikir, aku terlalu ambisius. Huahaha.. aku cuma bisa ketawa dengernya. Kan ada tuh kata mutiara, "Bekerjalah untuk duniamu seakan kamu hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan kamu mati besok hari." Well, sampai sekarang aku ga ngerti arti ambisius. Yang jelas, aku mengartikan mimpi-mimpiku itu dengan CITA-CITA. Semua orang pasti bisa meraih mimpinya, asal dengan cita-cita yang kuat, tekad yang kuat, usaha yang kuat, dan tentu doa yang kuat. :)
 
Galuh yakin suatu saat nanti bisa minum kopi, 
sambil menikmati angin Paris? 

Insya Allah :) Kata Allah, tidak ada yang tidak mungkin, kan? Jika Allah berkehendak, kakiku akan menjejak belahan bumi Allah yang lain, menikmati hal-hal yang baru, dan mengagumi bahwa semesta Allah luas sekali, lebih luas dari sekadar kamar kost atau cuman halaman kampus :) 

Setiap aku pengen sesuatu, aku cuma nutup mata, kemudian berpikir sesaat:

“Kemudian yang kamu perlukan hanyalah 
kaki yang akan melangkah lebih jauh, 
tangan yang akan berbuat lebih banyak, 
mata yang akan melihat lebih lama, 
leher yang akan lebih sering mendongak, 
tekad yang setebal baja, 
dan hati yang akan bekerja lebih keras 
serta mulut yang selalu berdoa.” 
 (Dhonny Dirgantoro -5 cm-) 

Dan, tetap yakin bahwa ada mantera, "Man Jadda Wajada". 

Tuhan, Izinkan Aku Sempat Mengucap Asma-Mu, Berdzikir Mengingat-Mu, Membanggakan Orangtuaku, di kota PARIS!
Read More..

Sunday, September 15, 2013

Cinta Itu ...

 
Rawwwrrrrr... Aku kangennnnnnnnn nge-blog >,< 
  
Maafkanlah kesibukan saya pemirsahhh. 
Maklumlah mahasiswa, sudah menderita, di tingkat akhir pula. Hikss ~~  
 
Jadi ceritanya, aku lagi rajin, nih. Skripsi mamen!! Haha..
 
Gimana enggak rajin kalo big boss tiap hari nelpon, terus nanya:
"Gimana skripsinya?" #stresskagakadaobat
 
Daripada aku pingsan depan laptop, puyeng liat kitab gundul,
aku mau nulis aja. Sekalian lepas kangen #tsaahhh

Gimana judul postingan aku malam ini? Haha.. maafkeun kalo agak alayisasi. Maklumlah, sekarang sedang terjadi konspirasi hati yang menimbulkan tidak harmonisasinya perasaan #vickinisasi #seketikajantungberdetak ~ya, kalo ga berdetak, berarti mati, dong~. Baiklah, lupakan. Sebenarnya bingung pengen nulis apa, pengen nyambung tulisan Dubai yang ngutang dari 2 bulan lalu tapi lagi kagak mood, jadi mari kita mencoba jadi Kahlil Gibran malam ini #siul-siul.   

Pernahkah kalian jatuh cinta? Ketika jantung berdetak lebih cepat dari biasanya? Ketika senyum tanpa sadar mengembang? Ketika hanya ingin mendengar suaranya? Ketika hanya ingin berada di dekatnya? #ciyeee ciyeee Apakah itu namanya cinta? #tsaaahhh #backsound: Bunga Seroja

 
Tolonggg.. jangan pergi cintaaa!!! 

Hmmm.. memang sulit sih kalo ngomong cinta. -Sumpah, si Galuh ngerasa anak ABG banget nulis postingan kayak gini #oh Tuhan #sadarkanlah umurku- Cinta itu menurut aku, enggak bisa didefinisikan. Misalkan, di dekat dia kamu berasa tenang.Yah, mungkin aja karena kamu lagi perlu 'seseorang' dan ternyata, di dekatnya kamu ngerasa nyaman. Atau, kamu ngerasa diperhatikan dia kayak di novel-novel Teenlit, yah, mungkin aja dia perhatian ke semua cewek. Don't judge something too fast!

Cumaaaaan, sayang seribu sayang, cewek itu kadang terlalu NGANGGEP. #mulaicurhat Diucapin met malem aja, udah melting. Haha.. Ditanya udah makan, 3 kali sehari, udah geer setengah mati, dikira ada perhatian. Lucu, ya? Aku cuman bisa bilang, itu enggak lucu sama sekali. Itu wajar. 

Sori ye buat yang baca, pada awalnya aku pengen buat postingan ini jadi lucu-lucuan aja. Tapi, yaelah, ini cinta, bro! #anakgahol  Kayaknya cinta itu enggak lucu sama sekali. Walaupun misalnya dilucu-lucuin, tetep aja jatuhnya sakit. Lagian kalo dipikir-pikir, gimana caranya buat cinta jadi becandaan, kalo Adam dan Hawa aja diciptakan karena cinta dari Allah, cinta untuk membuat khalifah di muka bumi?

Hmmmm... #menghela nafas

Oke oke. Cinta yang romantis itu katanya cuman ada di dongeng aja. Yang itu ntuh, awalnya ceweknya jadi tukang sapu, terus tiba-tiba datang pangeran pake Lamborghini kuda putih, terus mereka bahagia selamanya; happily ever after. Tamat. Atau cinta sejati itu yang ujung-ujungnya, pada mati kayak Romeo and Juliet. Atau satunya tenggelam sambil pegangan tangan, dan yang cewek ingat kenangan mereka sampai tua kayak Titanic. Definisi kayak gitu salah enggak? Hmmm.. ga salah cuman kurang tepat.

Cinta sejati itu liat aja di kisah Rasulullah sama Khadijah #senyum. Pasangan beda usia yang teramat jauh, tapi mereka berdua bahagia. Kenapa? Karena cinta itu harus karena Allah #tsaaahhh #entah kenapa ingat Ayat-Ayat Cinta.  Kalo cinta yang kayak gitu, dijamin ga hanya happily ever after, tapi nyampe ke surga. Amiinnnn...
 
Kalo sakit hati gimana dong, Galuh?

Bagus dong ya, kalo masih bisa sakit hati. Kata Tere Liye, hanya batu yang enggak bisa ngerasain sakit itu. Yah, mungkin awalnya pedih #hiperbola. Kata penyanyi dangdut, "Sudah tahu luka di dalam diriku, masih saja kausiraaammm... dengan air garammmm...". Hahaa.. sett dah. Itu wajaarrr bangett.  Tapi ingat, yang bisa ngontrol emosi hanya diri kita sendiri. Kalo sedih, inget ini aja, "Ngapain mikirin kamu, kalo kamu aja enggak mikirin aku?" #lalu nangis di bawah shower #dalem #nusuk 
 
Jadi, cinta itu... 

Tergantung sudut pandang yang ngerasain. As simple as that.

"Kenapa lo bisa cinta ama dia? 
Emang, cinta perlu alasan, Bang?"
(Raditya Dika: Cinta Brontosaurus)
Read More..

Friday, June 21, 2013

Study Tour I Am President: si Galuh Banjar Lebay di Dubai #Part3

Konichiwa.. konichiwa.. 
Jumpa lagi dengan si Galuh..
Jujur, blog ini membuat si Galuh kepikiran.
Ga enak makan, ga bisa mandi, ga bisa gosok gigi #jorok #terbongkaraib
 
#menghela nafas
Karena itu, daripada si Galuh terus 'berhutang' dengan postingan ini....
Mari kita lanjutkaaaaannnn..
si Galuh Lebay di Dubai #part 3

 
Cekidooott!!! bukan Cokodot..

Selasa, 23 April 2013 (Kunjungan ke Abu Dhabi)

Pagiiiiii dunia!!! Karena udah tidur dari sore kemarin, pagi ini lumayan lebih 'fresh'. Sekitar jam 2 dinihari, sempat bangun buat shalat. AC-nya dingin bener, sampe 17 derajat, pantes berasa kayak es beku di kulkas. Sempet ngerasa lapar, tapi sutralah, yang dingin-dingin emang bikin mata ngantuk.

Dan paginya, bangun dengan perut keroncongan; udah orkes gambus minta diisi. Tapi, syukurlah, aku punya senjata penolong. Siapakah dia?? Eng ing eng...

Ibarat peribahasa, Indomie itu adalah teman di kala susah maupun senang, di kala suka maupun duka.#asolole Krik..krik.. untung saudaranya Paman Gober, sebelum berangkat ke Dubai, aku terpikir beli mie Indomie goreng di Nabil, temen cewekku di Pesmi yang jualan alias berwirausaha. Dan ternyata, Indomie menjadi penolong melewati hari-hari suramku di Dubai, tanpa makanan Indonesia. :( 

Dapur perfecto; sayang ga boleh dibawa pulang.
Jadi ceritanya, aku bawa 4 bungkus Indomie, dan dari hari ini, tiap pagi kumasak satu. Pertama kali masak bingung tuh, pake apa? Emang sih, di kamar ada hitter. Tapi, mangkoknya mana? Weisss.. dan guess what, setelah kubuka lemari-lemari di dapur, gelasnya lengkaaaaaaaappp banget. Dari gelas dengan leher kecil, gelas yang ramping, cangkir, sama piring-piring gelasnya. Buka lagi lemari yang satu, gilaaa... piringnya porselen semua, euy. Dari piring polos biasa, piring gede kayak talenan, piring kaya mangkok. Weleh-weleh.. Buka lagi lemari bawah. Buseettt, segala panci ada. Mau panci kayak punya anak kost-an, mau teflon, mau panci yang ada tutupnya, yang ga ada tutupnya semua lengkap. Belum lagi pisaunya; dari pisau daging sampai pisau bawang. Sendoknya; dari garpu kecil sampai sendok sayur sop. Haha.. Ya gini, kalo anak kost diajak jalan. Matanya mupeng liat dapur segini lengkapnya. Secara, biasa masak mie pake rice cooker terus ditungguin lama. #membongkaraib

Enjoying my day here..




Habis nyeduh mie dan bikin segelas teh aroma melati, aku udah siap ngenet. Kursi ditarik keluar balkon, terus makan mie dan online dengan manisnya. Syaik banget, dah. Viewnya kota Dubai dan Burj al 'Arab. Tiba-tiba, aku ngerasa jadi Syahrini KW Super. Hahaha.. :D :D :D

Sambil online, sejatinya sambil nunggu giliran mandi. Biasanya Sherly, mbak Rara terus aku. Kalo online, paling berhaha-hihi dengan temen-temen di chat FB, terus pindah ke Youtube, balik ke FB, migrasi lagi ke Twitter. Ngenet di Dubai tuh bikin betah. Kenapa? Soalnya, jaringannya 4G, woyy.. Udah LTE a.k.a Long Term Evolution. Parah banget. Kalo download suka kaget sendiri saking cepetnya. #bayanginwi-fikampussecepatini 

Jam 7 teng, kami udah siap breakfast. Alasanku makan Indomie duluan adalah, karena kemarin agak 'trauma' liat makanan hotel. Penampilan tak seindah rasanya. Jadi, ambil aman, hari ini makan yang udah pasti enak-enak saja. Semacam omellete, muffin, salmon, sosis dan jus nanas. Oh, ya, view restoran ini cakep banget, lo. Dihiasi dengan bunga-bunga lavender ijo. Adeemmm, banget kalo udah makan. Berasa di taman, padahal kita dalam ruangan.

Well, beres makan, sekitar jam 8, semuanya langsung cabut ke lobby hotel Bapak. Eniwei, berhubung insiden kaki lecet kemarin, aku enggak berani lagi pake high heels 'pembunuh' itu. Hari ini, ganti wedges. Lebih aman, lebih nyaman, dan tetap bisa membuat tubuh Anda lebih tinggi. Hoho... #abaikan

Agenda hari ini adalah kunjungan ke Abu Dhabi. Di depan hotel sudah ada bus yang siap menemani bertualang hari ini. Weitss.. peserta boleh naik bus, tapi pak Asmi teteupp. Lamborghini biru, euyy. Euleuh-euleuh.. Ckckck..

Suasana dalam bus (www.mithunonthe.net)
Yang menjadi guide hari ini namanya Miss Nafisah. Perempuan paruh baya berkebangsaan India. Ada juga asistennya, tapi aku lupa namanya. Jadi, bus ke Abu Dhabi ini ukurannya mini gitu. Kapasitasnya cuma muat 25 orang. Ada AC nya, kursinya bisa dimaju-mundurkan, dan ada ekstra kursi. Jadi, kalo tidak dipakai, kursinya bisa dilipat.

Perjalanan ke Abu Dhabi dari Dubai sekitar 2 jam. Dan yang bikin kami heran, jalan ke Abu Dhabi itu lurussssssss tok. Bisa dibayangkan, selama 2 jam itu enggak ada belok sama sekali. Coba dulu Christopher Columbus pernah ke Dubai, ya, mungkin dia bakal bilang dunia itu kotak. Hihihi.. :D :D :D Terus, Miss Nafisah bilang ketika kami lewat jalan tertentu, ini adalah kawasan Dubai yang rimbun. Guess what? Rimbun yang dimaksud orang Dubai adalah taman pohon kurma yang bisa dihitung dengan jari terus rumputnya jarang-jarang. Gitu aja udah dibilang rimbun, apalagi kalo lihat hutan di Kalimantan. Nah, kurang apa lagi coba, kalo bicara kekayaan alam di Indonesia???

Tandus bukan? Sepanjang 2 jam perjalanan, inilah suasananya.
Jadi, sepanjang perjalanan, kami melewati daerah khusus Dubai untuk industri. Be noted, sama sekali tidaka ada asap yang keluar dari pabrik-pabrik gede tersebut. Bayangkan dengan Indonesia. Wes lah, ga tega ngomongnya. Terus, Miss Nafisah bilang, selama 28 tahun dia tinggal di Dubai, SAMA SEKALI tidak pernah mati lampu, kecuali selama setengah jam dan itupun cuma sekali. Wakkksss.. bandingkan lagi dengan Indonesia apalagi di rumahku, Banjarmasin. Kayaknya dalam sehari enggak ada mati lampu itu ga afdhol. Lucunya, pak Baban bilang, "Pasti bukan PLN yang ngurusin lampu di Dubai." Krik..krik.. sentilan yang menyindir.

Teman setia selama perjalanan.
Dulunya, jika ada warga Dubai yang ingin ke Abu Dhabi itu harus pake paspor. Tapi, semenjak tahun 1970, aturan itu diubah. Jadi, setiap warga negara di UAE, bebas masuk 7 wilayah bagian secara bebas without pasport. Nah, Abu Dhabi ini ibukotanya UAE, sementara ada 6 negara bagian lain, yaitu Ajman, Dubai, Fujairah, Ras al-Khaimah, Sharjah dan Umm al-Qaiwain. (Info lengkap, klik di sini.) Yang paling maju, jelas Dubai. Baru disusul Abu Dhabi.



Perjalanan ke Abu Dhabi ini sedikit flashback buat aku. Ingat dulu, waktu naik haji tahun 2009, sempat transit di bandaranya, dan siapa nyangka, tahun 2013, aku balik lagi ngelewatin bandaranya. Ya Allah, izinkanlah kami kembali menjelajahi tanah-Mu di seluruh titik dunia. Amiiinnn #ayoo aminnya pemirsaaahhh..

Baru ketika memasuki kawasan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Abu Dhabi, ada belok-beloknya juga tuh jalan. Haha.. sampai dihitungin tuh berapa kali belok, saking lurusnya perjalanan hari ini. And now, here we are....

Embassy of the Republic of Indonesia and absolutely -me-
Jadi, KBRI di sana adalah rumah Arab yang disewa oleh pemerintah. So, sekitar KBRI tuh sepiiii banget. Soalnya daerah perumahan dan maybe, mungkin orangnya jarang keluar rumah. Pertama kali masuk, tujuan utama kita adalah antre toilet dan nyari wi-fi. Hahaa... Di KBRI, ada majalah TEMPO, lo. Juga ada majalah unyanya anak UGM. Kok IAIN ga ada, ya? Buttt.. selidik punya selidik, pantesan ada majalah UGM, soalnya Dubes dulu kuliah di UGM. Berarti kalo aku jadi Dubes di Abu Dhabi, ntar majalahnya punya IAIN, dong? #ngenes  Oh, ya, di ruangan yang ada toilet, ternyata ada gamelan dan perkakas lainnya. Kata pegawai KBRI, itu dipakai kalo ada acara besar-besar gitu.

Di sana sempat nunggu lumayan lama, karena pak Dubes sempat ada rapat dulu. Jadilah, para alay sempat aja ambil foto. Dari kepala 2 sampai kepala 3. Hehe.. #ga ingat umur

Pak  Dubes pun datang. Pertama, pak Asmi ngasih sambutan, kemudian baru pak Dubes; namanya bapak Salman al Farisi. Setelah itu, ada penyampaian visi dan misi dari 5 peserta I Am President. Seingatku, waktu itu yang nyampein pak Heard, pak Rizal, kak Ical, pak Baban dan pak Yandi. Baru deh ada diskusi.

Pak Asmi dan Pak Salman al Farisi
Nah, bicara tentang diskusi, ada hal yang sedikit mengecewakan dari pak Dubes kita. Waktu itu, ketika bapak Salman ditanya tentang bagaimana menanggulangi kemiskinan di Indonesia, dengan entengnya beliau bilang bahwa itu ga hanya tanggungjawab pemerintah. Lalu beliau mengambil contoh program Indonesia Mengajar punyanya Anies Baswedan, dan lagi katanya; "Masyarakat harus punya inspirasi, harus punya gagasan sendiri. Tidak selamanya pemerintah bisa membantu, apalagi kalo uangnya dikorupsi." Hei, padahal kan di UUD 1945, di pembukaan sudah dicantumkan bahwa pemerintah harus menjamin kemakmuran rakyat Indonesia?? Huhu.. jawaban yang sangat tidak diharapkan dari pemerintah kita yang berada di Luar Negeri. Eniwei, tidak hanya aku yang punya pikiran kayak gitu. Ternyata kak Ical juga sama. Kesimpulannya; kalo jadi pemerintah atau apapun itu, jangan pernah menyalahkan rakyat atas kemiskinannya.    

Woles Galuh, Kayaknya berapi-api banget ceritanya.
  
Woittt. Emangggg. Si Galuh suka esmosi kalo bicara soal pemerintah. 

Setengah jam perjalanan, akhirnya kami tiba di Historical Herritage Art. Ini semacam museum di Abu Dhabi, tapi lebih kepada peninggalan kuno di UAE. Ada kemah-kemah khas orang Arab, juga ga ketinggalan ONTA. Beidewei eniwei busway, baru hari ini aku lihat onta. Di Dubai, aku sama sekali enggak pernah liat onta, punuknya pun tidak. Jadi, abaikan pikiran, kalo ke Arab pasti lihat onta.

Di sini, juga ada pantai yang indahhhhh sekali. Tapi, seperti yang aku bilang, ini semua pantai buatan. Cantik sih, tapi palsu. Sama tuh. Buat apa jadi cewek cantik; tapi ternyata palsu, oplas semua?? #mulai rasis Aku sempat ngobrol dengan turis New Zealand yang ngajak foto bareng. Yah, bule-bule kesepian emang suka wisata, ya? Coba kalo jomblo kesepian bisa wisata juga semacam ke Dubai; kayaknya pilem Raditya Dika ga bakal laku. #sayangnya itu ga mungkin :D :D




Sejam di sini, kami cabut lagi ke tempat lain. Dan kali ini, destinasi berikutnya adalah Mi'raj Islamic Centre; tempat pembuatan karpet emas murni18 karat. Ckckck.. Bisa dibayangkan mewahnya seperti apa? Sayang sekali, di sini wisatawan ga boleh motret. Jadi, cuman boleh liat-liat. Wuihh, pegang perkakas di sini, rasanya pegang hartanya Raja Midas. Tau kan ceritanya? Ada seorang raja yang sangat tamak, sampai minta kekuatan dengan Dewa agar setiap barang yang dia pegang berubah jadi emas. Dan di sini juga gitu. Semua barang terbuat dari emas. Karpetnya pun luar biasa beratnya. Sempat megang dan kata pegawai di sana, karpet tersebut dipintal langsung oleh manusia. Bisa berbulan-bulan hanya untuk satu karpet. Dan harganya? Sudahlah. Hitung en dikira-kira saja sendiri, ya. Aku udah lupa. Hehe..
Karpet emas di dinding (www.visitabudhabi.ae)


Karena sudah siang, kami lunch dulu di Abu Dhabi Marina Mall. Denger kata Marina, aku jadi ingat mall Marina di Surabaya, bedanya kalo di Surabaya khusus jualan hape. Sambil cekikikan karena sesama orang Surabaya sama Mas Denny dan Mbak Icha, karena di Arab, jauh-jauh ke sini, ketemu juga sama mall Marina. Selera orang beda-beda, jadi sama Mbak Nuri masing-masing dikasih 50 dirham. Bapak-bapak sibuk, ya, pesan macam-macam. Nasi itulah, seafood inilah, sementara aku, Mas Denny, Mba Icha cuma mesan junkfood. Kentang goreng dan fried chicken. #benar-benar selera tinggi  Kenapa? Gini ya, aku kasih saran. Kalo kamu ke Luar Negeri dan tidak tahu harus makan apa, pesanlah junkfood saja. Cuman itu yang rasanya bisa dipertanggungjawabkan. #salamdamai

Walau namanya sama; lihatlah perbedaanya dengan di Surabaya (www.abudhabi-city.de)
Wes e wes, sudah kenyang, rombongan berangkat lagi. Kali ini, kita mau ke Ferrari World. Apakah itu? Jadi, ini semacam mall, tempat wisata dan juga pameran buat mobil-mobil Ferrari yang pernah dipake di ajang Formula One di Abu Dhabi. Tahun 2008, kan F1 pernah di Abu Dhabi, tuh. Jadi bayangin kalo lantai yang aku injak pernah diinjak juga sama Mark Schumacher. Ohhh.. #bermulalebay

Di lantai dasar Ferrari World, juga ada orang India yang jual jasa henna di tangan. Kujelasin, ya, henna itu artinya mahendi. Di sini, harganya 20 dirham per tangan. Wekss, mahal, ya. Dihitung-hitung itu hampir sama dengan 60 ribu rupiah. Padahal, aku juga bela-belain sebelum berangkat ke Dubai, pake mahendi juga, dan harganya cuma 10 ribu per tangan. Noh, siapa lagi yang nyangkal kalo Indonesia emang surganya barang murah??
 
Setelah mata dimanjakan dengan warna merah khas Ferrari, saatnya pindah ke Sheikh Zayyed Grand Mosque. Kata Nafisah, ini adalah masjid yang termasuk dalam 8 masjid terbesar di dunia, dan juga masjid dengan jamaah terbesar ketiga di dunia, setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Hiksss.. sayangnya, kami enggak boleh masuk ke dalam masjid. Dan bahkan sempat dilarang buat cuma sekedar turun. Kata pak Polisi di sana, karena kami rombongan terus enggak semua ceweknya pake hijab. Jadinya, cuma diizinin foto-foto di luar aja selama 10 menit. Padahal, banyak rombongan turis lain yang masuk. Mereka juga udah pake abaya hitam. Huhuhu... Kecewa sih. Soalnya, ini interiornya dahsyat. Karpetnya aja emas dengan 28 warna yang dipintal langsung oleh ribuan pekerja. Terus, tiangnya juga emas. Ckckckck.. liat gambarnya aja deh di gugel.. T_T
Subhanallah (www.visitabudhabi.ae)

 

Hoahhhmm.. udah capek dan ngantuk banget padahal. Setelah trip panjang, pengennya langsung balik ke hotel. Mbak Nuri nawarin pengen makan di Abu Dhabi atau Dubai, ya jelas, kami milih di Dubai. Udah gempor nih badan, pengen tidur sejenak di bus.

Jam 8 malam, rombongan mampir di Deira City Centre buat dinner; di restoran makanan Thailand dan Asia gitu. Krik.. krik.. mata udah 5 watt, dan kaki udah pegel luar biasa. Untung aku enggak pake high heel. Kayaknya, tinggal tulang kalo dipake jalan seharian. Eniwei, aku ga makan junkfood lagi. Padahal lumayan kalo kuat beli seafood. Harganya 200 dirham cuy a.k.a 6 rtus ribu. Hoalah.. But, dari sekian menu yang aneh, akhirnya cuma makan chicken soup sama jus apa lah itu namanya, nyebut aja sulit. Dinner kali ini melelahkan. Terus, karena Mbak Icha belanja, aku juga pengen ikutan liat, kan. Ehhh, demi Tuhan tuh harga ga nanggung-nanggung. Blazer selembar aja harganya AED 2999. Gilaaaaakkk mamen!! Itu sembilan jutaaaaa. Sama dengan beasiswa aku satu tahun. T_T Huaaa.. sekarang aku ngerti, kenapa gaji sarjana di sini minimal 40 juta rupiah. Secara, baju aja selembar harganya segitu. #misuh-misuh karena pengen beli, tapi apa daya, uang tak sampai

 
Tolonggg!! Si Galuh pengen 'tumbang'

Dan akhirnya, perjalanan yang melelahkan berakhir juga. Sekitar jam 10 nyampe kamar 2603, langsung berendam di air hangat, mandi pake sampho aroma chamomile, dan enggak lupa gosok gigi. :DSherly udah tidur duluan, mbak Rara juga, jadi aku benar-benar menikmati kesendirian malam itu. Sempat update status sebentar di Facebook dan udah jam 11 malam di Dubai, berarti di Surabaya sekarang jam 2 dinihari.

Well, 3 hari ini di Dubai benar-benar menakjubkan. Makanya, aku pengen selalu bilang satu hal, dan ini juga sudah di-firman-kan Allah:

"Maka nikmat Tuhanmu mana lagi yang kamu dustakan?"

 
Selamat malam, Dubai. Please, be nice tomorrow!!  
Read More..